Perbedaan Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat. Beserta Contohnya.
·
Pengertian Mitos
Mitos atau
mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau
makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa
lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau
penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi, yang kadang diartikan Mitologi adalah
cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya
tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Jadi,
mitos adalah cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia, atau bangsa yang
diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang dalam. Mitos
juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah
perang mereka dan sebagainya.
Contoh :
Mitos Orang Tua Jaman Dulu
Istilah
mitos sudah lama dikenal, bisa dikatakan mitos ialah sesuatu berupa wacana
(bisa berupa cerita, asal-usul, atau keyakinan) yang keberadaannya satu paket
dengan pantangan yang tidak boleh dilanggar. Orang bilang menentang mitos itu
”pamali” (dosa) bisa kualat. Keberadaan mitos sangat erat kaitannya dengan adat
istiadat atau budaya yang masih bersifat tradisional. Terutama pada sebagian
masyarakat yang masih meyakini ajaran animisme dan dinamisme. Mitos dengan
aturan yang telah lampau tidak bisa begitu saja disisihkan, akan banyak hal
yang harus dilalui untuk menciptakan perubahan itu. Tetunya tidak semudah
menutup buku. Pantangan tersebut tentunya berawal dari banyaknya kasus yang
terjadi karena melanggar pantangan tersebut meski segala sesuatunya adalah
bersandarkan atas kehendak Tuhan. Percaya atau tidak… terserah bagaimana anda
menyikapinya.
Berikut ini
adalah contoh mitos –mitos yang sering kita dengar dari orang tua kita dulu :
- Berselimut dengan tikar
Janganlah anda berselimut dengan tikar karena kelak anda akan digulung oleh ombak jika mandi di laut. - Berteriak-teriak mengucapkan
kata-kata kotor dalam hutan.
Janganlah anda berteriak-teriak berkata-kata kotor pada saat berada di dalam hutan, karena anda tak lama lagi akan dimasuki roh halus jahat yang menguasai diri anda (kesurupan). - Berfoto bersama dalam jumlah
ganjil
Janganlah berfoto dalam jumlah ganjil karena salah satu dari yang difoto akan cepat meninggal. Biasanya yang ditengah. - Bangun Tidur terlalu siang
Jika anda bangun tidur terlalu siang hingga matahari hampir berdiri, akan berakibat segala bentuk rezeki yang akan datang akan selalu menjauh. - Bersin sewaktu akan bepergian
Anda tidak dapat langsung berpergian baik menggunakan kendaraan atau tidak setelah bersin.Paling tidak anda menunggu beberapa menit setelah bersin lalu boleh pergi, karena kalau anda bersin langsung pergi anda akan celaka diperjalanan. - Berlama-lama dikamar mandi
Janganlah anda berlama-lama dikamar mandi karena akan terlihat lebih tua dari usia anda sebenarnya. - Duduk dipintu
Anda dilarang duduk tepat didepan pintu, karena dikhawatirkan ada makhluk lewat yang melewati pintu tersebut dan anda akan jatuh sakit (kesambet).
Tanah Jawa sangat kental sekali akan kepercayaan
animisme maupun dinamismenya. Dan sangat kental sekali budaya dari leluhurnya
yang sampai sekarang dipercaya kebenerannya, contohnya dilarang menikah pada
bulan suro (Muharram) karena bisa kena sial atau pernikahannya nanti tidak akan
langgeng. Mitos ini memang bukan fiktif 100%. Karena saya yakin ada beberapa
pembaca yang pernah menemui atau bahkan mengalami sendiri. Namun bila ada
kesamaan nama pelaku, kejadian, dan tempat bisa jadi itu hanyalah kebetulan
belaka. Namun secara konteks dan tujuan mitos itu sama dengan realita yang ada
di sebagian masyarakat Jawa, yaitu kira-kira menggambarkan mitos yang diyakini
oleh orang-orang tua Jawa jaman dahulu. Orang tua jaman dulu pasti memberi tahu
dan memberi nasehat kepada kita itu dipengaruhi oleh mitos-mitos dan itu sudah
menjadi suatu kultur yang melekat di dalam diri mereka. Meski mitos itu identik
dengan nasehat orang tua jaman dulu, tapi hingga sekarang mitos itu tetap ada
dan di jaman sudah modern ini, masih saja ada orang yang percaya akan
mitos-mitos itu. Mitos itu berkembang secara “worth of mouth”, dari mulut ke
mulut yang disampaikan melalui cerita atau dongeng. Itu disebabkan karena ilmu
pengetahuan orang tua jaman dahulu masih terbilang kurang dan bagi orang yang
menerima informasi tersebut menerimanya dengan begitu saja tanpa harus
melakukan penelitian terlebih dahulu. Percaya akan mitos – mitos yang ada di
kehidupan kita, itu tergantung dari kita masing-masing.
·
Pengertian Legenda
Legenda (bahasa
Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang
mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu,
legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk
history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut
telah mengalami distorsi
sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika
legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka
legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung
sifat-sifat folklor
Menurut Buku Sari Kata Bahasa Indonesia, Legenda
adalah cerita rakyat jaman dahulu berkaitan dengan peristiwa dan asal usul
terjadinya suatu tempat. Contohnya: Sangkuriang dan Batu Menangis
Menurut Pudentia[rujukan?], legenda
adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk
setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga
membedakannya dengan mite. Dalam KBBI 2005,[1] legenda
adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa
sejarah. Menurut Emeis[rujukan?], legenda
adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi
berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom[rujukan?], legenda
adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap
benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas,[rujukan?] legenda
adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu
hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.
Contoh :
Sangkuriang
Sangkuriang adalah legenda yang berasal
dari Tatar Sunda.
Legenda tersebut berkisah tentang terciptanya danau Bandung, Gunung Tangkuban
Parahu, Gunung Burangrang, dan Gunung Bukit
Tunggul.
Dari legenda tersebut, kita dapat menentukan sudah berapa lama orang Sunda
hidup di dataran tinggi Bandung. Dari legenda tersebut yang didukung dengan
fakta geologi, diperkirakan bahwa orang Sunda telah hidup di dataran ini sejak
beribu tahun sebelum Masehi.Legenda Sangkuriang awalnya merupakan tradisi lisan. Rujukan tertulis mengenai legenda ini ada pada naskah Bujangga Manik yang ditulis pada daun lontar yang berasal dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 Masehi. Dalam naskah tersebut ditulis bahwa Pangeran Jaya Pakuan alias Pangeran Bujangga Manik atau Ameng Layaran mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan pulau Bali pada akhir abad ke-15.
Setelah melakukan perjalanan panjang, Bujangga Manik tiba di tempat yang sekarang menjadi kota Bandung. Dia menjadi saksi mata yang pertama kali menuliskan nama tempat legendanya. Laporannya adalah sebagai berikut:
Leumpang aing ka baratkeun
(Aku berjalan ke arah barat)
Datang ka Bukit Patenggeng
(kemudian datang ke Gunung Patenggeng)
Sakakala Sang Kuriang
(tempat legenda Sang Kuriang)
Masa dek nyitu Ci tarum
(Waktu akan membendung Citarum)
Burung tembey kasiangan
(tapi gagal karena kesiangan)
Awalnya diceritakan di kahyangan ada sepasang dewa dan dewi yang berbuat
kesalahan, maka oleh Sang Hyang Tunggal mereka dikutuk turun ke bumi dalam
wujud hewan. Sang dewi berubah menjadi babi hutan (celeng) bernama celeng
Wayung Hyang, sedangkan sang dewa berubah menjadi anjing bernama si Tumang.
Mereka harus turun ke bumi menjalankan hukuman dan bertapa mohon pengampunan
agar dapat kembali ke wujudnya menjadi dewa-dewi kembali.Diceritakan bahwa Raja Sungging Perbangkara tengah pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun caring (keladi hutan), dalam versi lain disebutkan air kemih sang raja tertampung dalam batok kelapa. Seekor babi hutan betina bernama Celeng Wayung Hyang yang tengah bertapa sedang kehausan, ia kemudian tanpa sengaja meminum air seni sang raja tadi. Wayung Hyang secara ajaib hamil dan melahirkan seorang bayi yang cantik, karena pada dasarnya ia adalah seorang dewi. Bayi cantik itu ditemukan di tengah hutan oleh sang raja yang tidak menyadari bahwa ia adalah putrinya. Bayi perempuan itu dibawa ke keraton oleh ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang amat cantik jelita. Banyak para raja dan pangeran yang ingin meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima.
Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Dayang Sumbi pun atas permintaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu Si Tumang. Ketika sedang asyik menenun kain, torompong (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah bale-bale. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, dia berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya, jika perempuan akan dijadikan saudarinya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Akibat perkataannya itu Dayang Sumbi harus memegang teguh persumpahan dan janjinya, maka ia pun harus menikahi si Tumang. Karena malu, kerajaan mengasingkan Dayang Sumbi ke hutan untuk hidup hanya ditemani si Tumang. Pada malam bulan purnama, si Tumang dapat kembali ke wujud aslinya sebagai dewa yang tampan, Dayang Sumbi mengira ia bermimpi bercumbu dengan dewa yang tampan yang sesungguhnya adalah wujud asli si Tumang. Maka Dayang Sumbi akhirnya melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi anak yang kuat dan tampan.
Suatu ketika Dayang Sumbi tengah mengidamkan makan hati menjangan, maka ia memerintahkan Sangkuriang ditemani si Tumang untuk berburu ke hutan. Setelah sekian lama Sangkuriang berburu, tetapi tidak nampak hewan buruan seekorpun. Hingga akhirnya Sangkuriang melihat seekor babi hutan yang gemuk melarikan diri. Sangkuriang menyuruh si Tumang untuk mengejar babi hutan yang ternyata adalah Celeng Wayung Hyang. Karena si Tumang mengenali Celeng Wayung Hyang adalah nenek dari Sangkuriang sendiri maka si Tumang tidak menurut. Karena kesal Sangkuriang menakut-nakuti si Tumang dengan panah, akan tetapi secara tak sengaja anak panah terlepas dan si Tumang terbunuh tertusuk anak panah. Sangkuriang bingung, lalu karena tak dapat hewan buruan maka Sangkuriang pun menyembelih tubuh si Tumang dan mengambil hatinya. Hati si Tumang oleh Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya. Setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati si Tumang, suaminya sendiri, maka kemarahannya pun memuncak serta-merta kepala Sangkuriang dipukul dengan sendok yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga terluka.
Sangkuriang ketakutan dan lari meninggalkan rumah. Dayang Sumbi yang menyesali perbuatannya telah mengusir anaknya, mencari dan memanggil-manggil Sangkuriang ke hutan memohonnya untuk segera pulang, akan tetapi Sangkuriang telah pergi. Dayang Sumbi sangat sedih dan memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar kelak dipertemukan kembali dengan anaknya. Untuk itu Dayang Sumbi menjalankan tapa dan laku hanya memakan tumbuh-tumbuhan dan sayuran mentah (lalapan). Sangkuriang sendiri pergi mengembara mengelilingi dunia. Sangkuriang pergi berguru kepada banyak pertapa sakti, sehingga Sangkuriang kini bukan bocah lagi, tetapi telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat, sakti, dan gagah perkasa. Setelah sekian lama berjalan ke arah timur akhirnya sampailah di arah barat lagi dan tanpa sadar telah tiba kembali di tempat Dayang Sumbi, ibunya berada. Sangkuriang tidak mengenali bahwa putri cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi - ibunya. Karena Dayang Sumbi melakukan tapa dan laku hanya memakan tanaman mentah, maka Dayang Sumbi menjadi tetap cantik dan awet muda. Dayang Sumbi pun mulanya tidak menyadari bahwa sang ksatria tampan itu adalah putranya sendiri. Lalu kedua insan itu berkasih mesra. Saat Sangkuriang tengah bersandar mesra dan Dayang Sumbi menyisir rambut Sangkuriang, tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah putranya, dengan tanda luka di kepalanya, bekas pukulan sendok Dayang Sumbi. Walau demikian Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi sekuat tenaga berusaha untuk menolak. Maka ia pun bersiasat untuk menentukan syarat pinangan yang tak mungkin dipenuhi Sangkuriang. Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan perahu dan telaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai Citarum. Sangkuriang menyanggupinya.
Maka dibuatlah perahu dari sebuah pohon yang tumbuh di arah timur, tunggul/pokok pohon itu berubah menjadi gunung Bukit Tanggul. Rantingnya ditumpukkan di sebelah barat dan menjadi Gunung Burangrang. Dengan bantuan para guriang (makhluk halus), bendungan pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar niat Sangkuriang tidak terlaksana. Dayang Sumbi menebarkan helai kain boeh rarang (kain putih hasil tenunannya), maka kain putih itu bercahaya bagai fajar yang merekah di ufuk timur. Para guriang makhluk halus anak buah Sangkuriang ketakutan karena mengira hari mulai pagi, maka merekapun lari menghilang bersembunyi di dalam tanah. Karena gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi, Sangkuriang menjadi gusar dan mengamuk. Di puncak kemarahannya, bendungan yang berada di Sanghyang Tikoro dijebolnya, sumbat aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung Manglayang. Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi Gunung Tangkuban Perahu.
Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang lari menghindari kejaran anaknya yang telah kehilangan akal sehatnya itu. Dayang Sumbi hampir tertangkap oleh Sangkuriang di Gunung Putri dan ia pun memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar menyelamatkannya, maka Dayang Sumbi pun berubah menjadi setangkai bunga jaksi. Adapun Sangkuriang setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan Ujung berung akhirnya menghilang ke alam gaib (ngahiyang).
· Pengertian
Cerita Rakyat
Cerita
rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa
Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di
suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam
cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa.
Fungsi Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan
terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral. Banyak
yang tidak menyadari kalo negeri kita tercinta ini mempunyai banyak Cerita
Rakyat Indonesia yang belum kita dengar, bisa dimaklumi karena cerita rakyat
menyebar dari mulut – ke mulut yang diwariskan secara turun – temurun. Namun
sekarang banyak Cerita rakyat yang ditulis dan dipublikasikan sehingga cerita
rakyat Indonesia bisa dijaga dan tidak sampai hilang dan punah.
Contoh :
Lutung Kasarung
Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung. Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.
Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.
Persamaan dan Perbedaan Mitos,
Legenda, dan cerita rakyat
Mitos
|
Legenda
|
Cerita Rakyat
|
Menceritakan tentang asal usul alam
semesta, manusia atau bangsa yang diungkapkan dengan dongeng-dongeng gaib dan
mengandung arti yang dalam.
|
Mirip dengan mitos yaitu dianggap
benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci hanya dianggap sebagai suatu
yang pernah terjadi
|
Umunya mengisahkan tentang suatu
kejadian disuatu tempat atau asal-usul suatu tempat
|
Mitos juga mengisahkan petualangan
para dewa, kisah percintaan dan perang mereka.
|
Legenda ditokohi oleh manusia, ada
kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa dan sering kali juga dihubungkan
dengan makhluk ajaib.
|
Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam
cerita umunya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa
|
Pengertian
Penelitian Ilmiah dan Non Ilmiah
Penelitian
dapat digolongkan dalam dua, sesuai dengan ukuran kwalitasnya yaitu penelitian
ilmiah dan penelitian tidak ilmiah atau yang dilakukan oleh orang awam.
Penelitian tidak ilmiah mempunyai ciri-ciri dilakukan tidak sistematik, data
yang dikumpulkan dan cara-cara pengumpulan data bersifat subyektif yang sarat
dengan muatan-muatan emosi dan perasaan dari si peneliti. Karena itu penelitian
tidak ilmiah adalah penelitian yang coraknya subyektif. Sedangkan penelitian
ilmiah adalah suatu kegiatan yang sistematik dan obyektif untuk mengkaji suatu
masalah dalam usaha untuk mencapai suatu pengertian mengenai prinsip-prinsipnya
yang mendasar dan berlaku umum (teori) mengenai masalah tersebut. Penelitian
yang dilakukan, berpedoman pada berbagai informasi (yang terwujud sebagai
teori-teori) yang telah dihasilkan dalam penelitian-penelitian terdahulu, dan
tujuannya adalah untuk menambah atau menyempurnakan teori yang telah ada
mengenai masalah yang menjadi sasaran kajian. Berbeda dengan penelitian tidak
ilmiah, penelitian ilmiah dilakukan dengan berlandaskan pada metode ilmiah.
Metode ilmiah adalah suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan
ilmiah. Dalam sains dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan, eksperimen,
generalisasi, dan verifikasi. Sedangkan dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya, yang
terbanyak dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan pengamatan;
eksperimen, generalisasi, dan verifikasi juga dilakukan dalam kegiatan-kegiatan
penelitian oleh para ahli dalam bidang-bidang ilmu-ilmu sosial dan pengetahuan
budaya untuk memperoleh hasil-hasil penelitian tertentu sesuai dengan tujuan
penelitiannya.
Metode
ilmiah berlandaskan pada pemikiran bahwa pengetahuan itu terwujud melalui apa
yang dialami oleh pancaindera, khususnya melalui pengamatan dan pendengaran.
Sehingga jika suatu pernyataan mengenai gejala-gejala itu harus diterima sebagai
kebenaran, maka gejala-gejala itu harus dapat di verifikasi secara empirik.
Jadi, setiap hukum atau rumus atau teori ilmiah haruslah dibuat berdasarkan
atas adanya bukti-bukti empirik.
A.
Perbedaan Penelitian Berdasarkan Keilmiahan :
1. Penelitian Ilmiah
Menggunakan
kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan
melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian
ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya
mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:
a. Kemampuan memberikan pengertian
yang jelas tentang masalah yang diteliti.
b. Kemampuan untuk meramalkan: sampai
dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di
tempat/waktu lain;
2. Penelitian non ilmiah
Berdasarkan
Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Sebagian penelitian yang non ilmiah
didapati pada bidang garapan sebagai berikut :
1. Bisnis (Akunting, Keuangan,
Manajemen Pemasaran)
2. Komunikasi (Massa, Bisnis,
Kehumasan / PR, Periklanan)
3. Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara,
Internasional)
4. Pertanian (agribisnis, Agronomi,
Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman)
5. Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro,
Pembangunan), dll.
B.
Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) :
Variabel
adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan
variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang,
akan datang.
Penelitian
yang dilakukan dengan menjelaskan/ menggambar-kan variabel masa lalu dan
sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe =
membeberkan/ menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang
akan datang adalah penelitian eksperimen.
C.
Syarat-syarat/kriteria agar suatu penelitian dikatakan sebagai Penelitian
Ilmiah
Sifat atau
ciri dari penelitian:
1. Pasif, hanya ingin memperoleh
gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan
2. aktif, ingin memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesa.
3. Posisi penelitian sendiri pada
umumnya adalah menghubungkan:
(1) Keinginan manusia,
(2) permasalahan yang timbul,
(3) ilmu pengetahuan, dan
(4) metode ilmiah.
Ciri-ciri
penelitian ilmiah adalah:
1. Purposiveness, fokus tujuan yang
jelas;
2. Rigor, teliti, memiliki dasar teori
dan disain metodologi yang baik;
3. Testibility, prosedur pengujian
hipotesis jelas
4. Replicability, Pengujian dapat
diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
5. Objectivity, Berdasarkan fakta dari
data aktual : tidak subjektif dan emosional;
6. Generalizability, Semakin luas
ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
7. Precision, Mendekati realitas dan
confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat;
8. Parsimony, Kesederhanaan dalam
pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
Penelitian
yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu penelitian
harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian
ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1. Sistematik
Berarti
suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola
dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis
Suatu
penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta
empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah
bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur
induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik
kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik
Artinya
suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari yang ditemukan
atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan
penelitian empirik ada tiga yaitu :
a. Hal-hal empirik selalu memiliki
persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
b. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah
sesuai dengan waktu
c. Hal-hal empirik tidak bisa secara
kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
4. Obyektif,
Artinya
suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak mencampurkannya
dengan nilai-nilai etis.
5. Replikatif,
Artinya
suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain
dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria,
dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi
operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Diskripsi
Tumbuhan.
Kacang hijau
Menurut Setijo Pitojo (2004) Dalam dunia
tumbuh-tumbuhan, tanaman kacang hijau ini diklasifikasikan seperti berikut.
Divisi
:
Spermatophyt
Sub-Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rosales
Famili
: Papilionaceae
Genus
: Vigna
Spesies
: Vigna Radiata L.
Kacang hijau merupakan tanaman
pangan semusim berupa semak yang tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau adalah
tanaman berumur pendek (60 hari). Panen kacang hijau dilakukan beberapa kali
dan berakhir pada hari 84 setelah tanam.
Susunan tubuh
tanaman kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji.
Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil akar
(nodul) akar. Adapun deskripsi masing-masing bagian tanaman tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
Akar tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakaran dibagi menjai dua,
yaitu mesophites dan xerophites. Mesophites mempunyai banyak cabang akar pada
permukaan dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sementara xerophites memiliki akar
cabang lebih sedikit memanjang ke arah bawah .
Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya kecil,
berbulu berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang
menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun
yang berhadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Batang kacang hijau
tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 1 m, cabang menyebar ke semua arah.
Daun kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri dari tiga helai anak daun setiap
tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna
hijau muda hingga hijau tua, letak daun berselip. Tangkai daun lebih panjang
dari pada daunnya sendiri.
Bungga kacang
hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan atau kuning
pucat. Bunganya termasuk jenis hermaprodit atau berkelamin sempurna. Proses
penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar
dan pada sore hari menjadi layu.
Buah kacang
hijau berbentuk polong. Panjang polong sekitar 5-16 cm. Setiap polong berisi
10-15 biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan
ujung agak runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau, setelah itu berubah
menjadi kecoklatan atau kehitaman. Polongnya mempunyai rambut-rambut pendek
atau berbulu.
Metode
Ilmiah dan Langkah-langkah Operasionalnya
Pengetahuan
diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya dengan cara sebagai berikut :
1. Prasangka : yaitu suatu anggapan
benar padahal baru merupakan kemungkinan benar atau kadang- kadang, malah tidak
mungkin benar.
2. Intuisi : yaitu suatu pendapat
seseorang yang diangkat dari perbendaharaan pengetahuannya terdahulu melalui
proses yang tidak disadari.
3. Trial and error : yaitu metode
coba- coba atau untung untungan.
Pengetahuan
dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan itu memenuhi 4 syarat :
1. Objektif : artinya pengetahuan itu
sesuai dengan objeknya yaitu bahwa kesesuaian atau dibuktikan dengan hasil
pengindraan atau empiri
2. Metodik : artinya pengetahuan itu
diperoleh dengan menggunakan cara cara tertentu yang teratur dan terkontrol .
3. Sistematik : pengetahuan ilmiah itu
tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri; satu dengan yang lainnya
saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu
kesatuan yang utuh.
Langkah-langkah
Operasional Metode Ilmiah
1. Perumusan masalah
Yang
dimaksud dengan masalah disini adalah merupakan pertanyaan apa,mengapa,ataupun
bagaimana tentang objek yang diteliti.
2. Penyusunan hipotesis
Yang
dimaksud dengan hipotesis adalah suatu pernyataan yang menunjukkan
kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang di tetapkan. Dengan
kata lain hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja di dukung oleh pengetahuan
yang ada. Hipotesis juga dapat di pandang sebagai jawaban sementara dari
permasalahan yang harus di uji kebenarannya dalam suatu observasi atau
ekperimentasi.
3. Pengujian hipotesis
Yaitu
berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah
di ajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung
hipotesis tersebut atau tidak. fakta-fakta ini dapat di peroleh melalui
pengamatan langsung dengan mata atau teleskop atau dapat juga melalui uji coba
atau ekperimentasi. kemudian fakta-fakta itu dikumpulkan melalui pengindraan.
4. Penarikan kesimpulan
Penarikan
kesimpilan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta.
Untuk melihat untuk apakah hipotesis yang di ajukan itu di terima atau tidak.
Hipotesis itu dapat diterima apa bila fakta-fakta yang terkumpul itu mendukung
pernyataan hipotesis. Bila fakta-fakta tidak mendukung maka hipotesis itu di
tolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya
telah diuji secara ilmiah dan merupkan bagian dari ilmu pengetahuan.