Jumat, 18 November 2016

analisis dan tahap perancangan untuk mengembangkan sistem informasi

SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATA INVENTORY PADA TOKO
BUKU STUDI CV. ANEKA ILMU SEMARANG

1.      Indetifikasi masalah
Pengolahan data inventory dimaksudkan untuk mendukung kecepatan pekerjaan karena sistem pengolahan data yang lama khususnya sistem inventory secara manual tidak menghasilkan pelaporan yang akurat dan masih banyak terjadi penumpukan pekerjaan akibat dari kurang efektifnya system inventory manual tersebut. Hal ini mengakibatkan tidak efisien dalam melakukan proses pencatatan dan pelaporan tentang kegiatan inventory, serta tidak ada kejelasan
Informasi yang diberikan tentang inventory ke bagian yang membutuhkan. Dari latar belakang tersebut, untuk mengatasi permasalahan sistem inventory pada CV. Aneka Ilmu, dapat dibuat suatu perumusan masalah yaitu : “Bagaimana merancang sistem informasi inventory barang pada agar informasi tersebut dapat diterima dengan cepat, akurat dan dapat membantu kegiatan manajemen

2.      Analisi Masalah
-          Analisis Kebutuhan : Dengan mencari kebutuhan apa saja yang dapat atau akan diterapkan pada sistem yang baru akan dibuat agar dapat memenuhi tujuan
-          Analisis Kelayakan Sistem : engan tujuan menguraikan analisis kelayakan sistem baru saat dijalankan.

3.      Analisis Kebutuhan
-          Kebutuhan Data : Merupakan data yang dibutuhkan pada sistem yang kemudian akan diproses hinggan menghasilkan output. Dalam hal ini data yang digunakan berupa data penjualan dari toko buku studi CV. Aneka Ilmu Semarang.
-          Kebutuhan Fungsional : Merupakan proses-proses apa saja yang nantinya dilakukan oleh sistem. Dibutuhkan sebuah sistem yang mampu melakukan fungsi-fungsi seperti ini :
1.      Sistem dapat mengelolah data barang
2.      Sistem dapat mengelolah data pemasok
3.      Sistem dapat mengelola transaksi pembelian
4.      Sistem dapat mengelola transaksi penjualan
5.      Sistem dapat mengelola transaksi retur pemebelian
6.      Sistem dapat mengelola transaksi retur penjualan
7.      Sistem dapat menyajikan laporan hasil
-          Kebutuhan Non-fungsional
Merupakan apa saja yang harus dimiliki oleh sistem agar dapat berjalan, seperti ketersediaan perangkat keras, perangkat lunak, dan pengguna.
1.      Kebutuhan Perangkat keras : yang akan digunakan untuk membangun sistem aplikasi ini adalah seperangkat Personal Computer (PC).
2.      Kebutuhan Perangkat Lunak : Agar sistem dapat dijalankan maka diperlukan perangkat lunak baik ditahap pembuatan maupun tahapan implementasi saat sistem dijalanka
3.      Kebutuhan sumber Daya Manusia: Untuk mewujudkan sistem ini maka diperlukan seorang analis pada tahap pembuatan. Sedangkan  sebagai  pengguna  dari  sistem  yang  diusulkan,  yaitu user ialah pihak yang menggunakan adalah pihak manajemen.




4.      Tahap Perancangan Sturktur Navigasi dan Interface
Tahapan dalam perancangan sistem adalah sebagai berikut :
1.      Perancangan sistem secara umum meliputi Phisical System ( Flow Chart System ), Logical System (DFD) dan Prosedur Pengolahan Data.
2.      Perancangan sistem secara terperinci atau detail desain. Menggambarkan sistem secara terperinci atau detail desain dilakukan dengan cara :
1)      Context Diagram
2)      DFD (Diagram Flow Document)
3)      DD (Data Dictionary)
4)      ERD (Entity Relationship Diagram)
5)       Normalisasi
6)       IPO untuk desain input dan output










Daftar Pustaka :
Wahyuni, L.A. (2011). Sistem Informasi Pengolahan Data Inventory Pada Toko Buku Studi CV. Aneka Ilmu Semarang. Dalam Jurnal Teknik Elektro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 2011





Minggu, 13 November 2016

SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER DAN KELEMAHAN DAN KELEBIHAN

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
COMPUTER BASED INFORMATION SYSTEM
Dosen: Jessica Permatasari

Disusun oleh :
 Farhan Anggriawan  (13513233)
Ghifari Afiyan (13513705)

4 PA 10



UNIVERSITAS GUNADARMA
PROGRAM STUDI S-1 PSIKOLOGI
SEMESTER VII
TAHUN AJARAN 2016/2017

SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER

A. Informasi
1. Pengertian Informasi
Menurut Robert G. Murdik informasi adalah data yag telah diolah menjadi suatu bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau masa mendatang.
Menurut Gordon B. Davis, informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai informasi diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data yang telah diolah menjadi bentuk yang penting dan siap untuk diterima oleh penerima sebagai data yang mempunyai nilai penting. Informasi haruslah berkualitas, informasi yang berkualitas haruslah memiliki 3 hal berikut; akurat, tetap pada waktunya, dan relevan.
B. Sistem Informasi
1. Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi yang menggunakan komputer biasa disebut sistem informasi berbasis komputer (computer based information system atau CBIS).
Berikut beragam definisi sistem informasi :
Turban, McLean, dan Wetherbe (1999) sistem informasi adalah sebuah sistem informasi yang mempunyai fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik.
Bodnar dan HopWood (1993) sistem informasi adalah kumpulan perangkat keras dan lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna.
Alter (1992) sistem informasi adalah kombinasi antara prosedvur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah perusahaan.

2. Komponen-komponen Sistem Informasi berbasis Komputer adalah :
a. Hardware (perangkat keras)
b. Software (perangkat lunak)
c. Prosedur : sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan pemrosesan data untuk menghasilkan output
d. Basisdata : suatu pengorganisasian sekumpulan data yang saling terkait sehingga memudahkan proses pencarian informasi
e. Jaringan komputer dan komunikasi data
f. Brainware
Sistem Informasi Berbasis Komputer
Menurut  Sumber  dari  pustaka  (Budihar,  1995) ciri-ciri  umum   CBIS   atau   sistem   informasi yang  berbasiskan komputer sebagai berikut :
1.  Data  tersimpan  di  dalam  media  yang dapat  dibaca  oleh   mesin,  bersifat   padat  (compact),   dan  lebih  mudah  dan  cepat untuk   ditelusuri   (order   detik  hingga menit).
2.  Sebagai  konsekuensi  butir  1,  kumpulan data  yang  besar  ini  dapat  disimpan  di   dalam  satu  lokasi,  dan  sintesa  dari 49 Jurnal Teknik Elektro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 2011 berbagai   himpunan    data  untuk memperoleh  gambaran  yang  lengkap  lebih mudah dilakukan.
3.  Kecepatan  pengolahan  data  sangat tinggi  (order  detik,  menit,  hingga  jam) sangat dipentingkan.
4.  Transmisi  data  sebagian  besar  dapat dilakukan  melalui  sarana  telekomunikasi
(kabel, microwave).
5.  Secara  keseluruhan,  delay  yang  terdapat di  dalam  aliran  data  dan  informasi  relatif akecil karna penelusuran, pemrosesan dan transmisi  data  dapat  dilakukan  dengan cepat.
6.  Lokasi-lokasi  pengembangan  dan pengoperasian  system  yang  tersebar  tidak menghalangi kemudahan dalam memonitor dan  mengkoordinasikan  segala aktivitasnya.

C. Hubungan Sistem Informasi dengan Psikologi
Hubungan psikologi dengan sistem informasi erat kaitannya dengan sistem informasi sumber daya manusia. Sistem informasi sumber daya manusia merupakan sebuah bentuk interseksi atau pertemuan antara bidang ilmu manajemen. Tiap perusahaan memiliki system untuk mengumpulkan dan memelihara data yang menjelaskan sumber daya manusia, mengubah data tersebut menjadi informasi, dan melaporkan informasi itu kepada pemakai. Sistem ini dinamakan sistem manajemen sumber daya manusia (human resource information system) atau HRIS.
Hubungan lain sistem informasi dengan psikologi yakni, “Sistem Informasi Psikologi” adalah suatu sistem atau tata cara yang merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan data mengenai perilaku terlihat maupun tidak terlihat secara langsung serta proses mental yang terjadi pada manusia sehingga data tersebut dapat diubah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu seperti tujuan penelitian. Contoh nyata dari pengaplikasian SIP dalam kehidupan adalah penggunaan teknologi dalam pengambilan data tes psikologi, dalam hal ini umumnya komputer (komputerisasi alat tes psikologi).
Memang antara Psikologi dan Informasi Teknologi memiliki kajian objek teoritis dan aspek yang berbeda mengenai hal apa yang menjadi objek ilmu mereka, namun dalam beberapa hal keberadaan Teknologi Informasi bisa menjadi suatu ilmu yang membantu dalam upaya pengembangan ilmu dan pemaksimalan dalam aplikasi ilmu Psikologi.

D. Kelemahan
1. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya sangat mahal.
2. Sulit dikembangkan.
3. Sistem pakar tidak 100% bernilai benar.
4. Sistem yang tidak terkontrol dengan baik sehingga banyak error
5. Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan SDM yang menguasai
6. Sistem Informasi
7. Perubahan Sistem informasi secara cepat sehingga kita belum tentu bisa melakukan adaptasi dengan perubahan tersebut
8. Kurangnya tenaga ahli di bidang Sistem Informasi
9. Adanya indikasi penyalahgunaan Sistem Informasi yang canggih
10. Kurangnya sosialisasi tengan Sistem Informasi

E. Keuntungan
1. Bisa melakukan proses berulang secara otomatis.
2. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar.
3. Meningkatkan output dan produktivitas.
4. Meningkatkan kualitas.
5. Dapat meningkatkan keuntungan perusahaan
6. Mengurangi biaya bisnis
7. Meningkatkan pangsa pasar (ekspansi berupa jangkauan dan variasi produk)
8. Perbaikan relasi pelanggan atau pelayanan pelanggan
9. Meningkatkan efisiensi
10. Dapat memperbaiki dalam pengambilan keputusan
11. Pemenuhan peraturan lebih baik dan teratur
12. Kesalahan lebih sedikit
13. Perbaikan keamanan, dan
14. Kapasitas lebih banyak atau besar.

Analisis test IQ manual dan test IQ berbasis Komputer

Analisis test IQ manual dan test IQ berbasis Komputer
Tes intelegensi atau tes IQ adalah suatu kegiatan pengukuran atau penilaian melalui upaya yang sistematik untuk mengungkap aspek-aspek psikologi tertentu dari individu. Tes intelegensi sering digunakan berbagai kalangan seperti di sekolah dalam menentukan jurusan atau di perkantoran dalam seleksi pegawai. Tes intelegensi ini dapat dilakukan secara manual dan komputer .

 Berikut ini adalah penjelasan mengenai tes IQ manual dan tes IQ berbasis komputer:
a.      Tes IQ yang biasa dilakukan adalah secara manual. Tes ini biasanya dilakukan secara individu atau kelompok disuatu ruangan. Peserta diminta menjawab pertanyaan terbuka atau tertutup. Jawaban bisa ditulis oleh testee maupun tester. Setelah tes selesai kemudian tester melakukan scoring. Pada tahap scoring ini tester membutuhkan waktu lama, karena tester harus memeriksa satu per satu jawaban yang dijawab testee. Setelah dilakukan scoring dilakukan interpretasi oleh psikolog.
·         Kelebihan dari tes IQ manual, akan lebih banyak orang mengerti dengan instruksi pada test IQ manual dibandingkan dengan test IQ berbasis komputer.
·         Kelemahannya adalah membutukan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil scoring.

b.      Tes IQ yang dilakukan melalui komputer dapat memudahkan testee dalam pengisian tes, karena testee tidak diharuskan membawa alat tulis. Testee diminta untuk mengerjaan pertanyaan terbuka atau tertutup melalui sebuah aplikasi di komputer. Setelah testee menjawab semua pertanyaan yang ada, barulah tester mulai melakukan scoring melalui computer pula. Pengerjaan dan proses scoring sangatlah mudah, hanya dengan beberapa klik saja sudah mendapatkan hasil. Tes IQ melalui komputer sudah terprogram dengan baik dan meminimalisir kesalahan saat mengerjakan tes IQ.
·         Kelebihannya dari test IQ berbasis komputer tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil scoring dan testee tidak perlu menyiapkan alat tulis.

·         Kelemahannya adalah tidak semua orang mengerti dengan instruksi test IQ berbasis komputer, salah satu faktor yang menyebabkan adalah usia.

Kamis, 07 Juli 2016

Kelebihan dan Kekurangan Terapi Behavior

Kelebihan Terapi Behavioral:
a.    Pembuatan tujuan terapi antara konselor dan konseli diawal dijadikan acuan keberhasilan proses          terapi.
b.    Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui
c.    Waktu konseling relatif singkat
d.    Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik.

Kekurangan Terapi Behavioral:
a.     Dapat mengubah perilaku tetapi tidak mengubah perasaan
b.     Mengabaikan faktor relasional penting dalam terapi
c.     Tidak memberikan wawasan
d.     Mengobati gejala dan bukan penyebab

e.      Melibatkan kontrol dan manipulasi oleh konselor.

Teknik-teknik Behavior Terapi

TEKNIK-TEKNIK BEHAVIOR THERAPY
Lesmana (dalam Lubis, 2011) membagi teknik terapi behavioristik dalam dua bagian, yaitu teknik-teknik tingkah laku umum dan teknik-teknik spesifik. Uraiannya adalah sebagai berikut:
a.        Teknik-teknik Tingkah Laku Umum
Teknik ini terdiri dari beberapa bentuk, di antaranya adalah:
1.      Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika tingkah laku yang baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien. Penguatan harus dilakukan terus-menerus sampai tingkah laku tersebut terbentuk dalam diri klien. Setelah terbentuk, frekuensi penguatan dapat dikurangi atau dilakukan pada saat-saat tertentu saja (tidak setiap kali perilaku baru dilakukan). Istilah ini sering disebut sebagai penguatan intermiten. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan tingkah laku baru yang telah terbentuk. Misalnya, klien yang mengalami kesulitan membaca akan diberikan pujian secara terus-menerus bila berhasil membaca. Tetapi setelah ia dapat membaca, pemberian pujian harus dikurangi.
2.      Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru secara bertahap. Terapis dapat membagi-bagi tingkah laku yang ingin dicapai dalam beberapa unit, kemudian mempelajarinya dalam unit-unit kecil.
3.      Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku maladaptif tidak berulang. Ini didasarkan pada pandangan bahwa individu tidak akan bersedia melakukan sesuatu apabila tidak mendapatkan keuntungan. Misalnya, seorang anak yang selalu menangis untuk mendapatkan yang diinginkannya. Terapis akan bertindak tidak memberi perhatian sehingga anak tersebut tidak akan menggunakan cara yang sama lagi untuk mendapatkan keinginannya.

b. Teknik-teknik Spesifik
Teknik-teknik spesifik ini meliputi:
1.      Desentisasi Sistematik. Teknik ini adalah teknik yang paling sering digunakan. Teknik ini diarahkan kepada klien untuk menampilkan respons yang tidak konsisten dengan kecemasan. Desentisasi sistematik melibatkan teknik relaksasi di mana klien diminta untuk menggambarkan situasi yang paling menimbulkan kecemasan sampai titik di mana klien tidak merasa cemas. Selama relaksasi, klien diminta untuk rileks secara fisik dan mental. Teknik ini cocok untuk menangani kasus fobia, ketakutan menghadapi ujian, ketakutan secara umum, kecemasan neurotik, impotensi, dan frigiditas seksual. Selanjutnya, Wolpe (dalam Lubis, 2011) menyimpulkan bahwa ada tiga penyebab teknik desentisasi sistematik mengalami kegagalan, yaitu: (a)Klien mengalami kesulitan dalam relaksasi yang disebabkan karena komunikasi terapis dan klien yang tidak efektif atau karena hambatan ekstrem yang dialami klien.(b)Tingkatan yang menyesatkan atau tidak relevan, hal ini kemungkinan disebabkan karena penanganan tingkatan yang keliru.(c)Klien tidak mampu membayangkan
2.      Pelatihan Asertivitas.Teknik ini mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif, dan asertif. Prosedur yang digunakan adalah permainan peran (role playing). Teknik ini dapat membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri di hadapan orang lain. Pelatihan asertif biasanya digunakan untuk kriteria klien sebagai berikut: (a)Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung. (b) Menunjukkan kesopanan secara berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya. (c) Memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak. (d)Mengalami kesulitan mengungkapkan afeksi dan respons positif lainnya. (e)  Merasa tidak memiliki hak untuk memiliki perasaan dan pikiran sendiri. Melalui teknik permainan peran, terapis akan memperlihatkan bagaimana kelemahan klien dalam situasi nyata. Kemudian klien akan diajarkan dan diberi penguatan untuk berani menegaskan diri di hadapan orang lain.
3.      Time-Out. Merupakan teknik aversif yang sangat ringan. Apabila tingkah laku yang tidak diharapkan muncul, maka klien akan dipisahkan darireinforcement positif. Time-out akan lebih efektif bila dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Misalnya lima menit. Contoh kasus: seorang anak yang senang memukul adiknya akan dimasukkan dalam kamar gelap selama lima menit bila terlihat melakukan tindakan tersebut, karena takut akan dimasukkan ke kamar gelap kembali, biasanya anak akan menghentikan tindakan yang salah tersebut.
4.      Implosion dan Flooding. Teknik implosion mengarahkan klien untuk membayangkan situasi stimulus yang mengancam secara berulang-ulang, karena dilakukan terus-menerus sementara konsekuensi yang menakutkan tidak terjadi, maka diharapkan kecemasan klien akan tereduksi atau terhapus. Menurut Stampfl (dalam Lubis, 2011). Terapiimplosion adalah teknik yang menantang pasien untuk "menatap mimpi-mimpi buruknya." Ia menambahkan bahwa teknik implosion sangat bagus digunakan untuk pasien gangguan jiwa yang berada di rumah sakit, klien neurotik, klien psikotik, dan fobia. Sementara itu menurut Corey (dalam Lubis, 2011) flooding merupakan teknik di mana terjadi pemunculan stimulus yang menghasilkan kecemasan secara berulang-ulang tanpa pemberian reinforcement. Klien akan membayangkan situasi dan terapis berusaha mempertahankan kecemasan klien tersebut.Flooding bersifat lebih ringan karena situasi yang menimbulkan kecemasan tidak menyebabkan konsekuensi yang parah.
Selain teknik-teknik yang telah dikemukakan di atas, Corey (dalam Lubis, 2011) menambahkan beberapa teknik yang juga diterapkan dalam terapi behavioristik. Diantaranya, adalah:
1.      Reinforcement positif. Adalah teknik yang digunakan melalui pemberian ganjaran segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Contoh: senyuman, persetujuan, pujian, bintang emas, medali, uang, dan hadiah lainnya. Pemberian reinforcement positif dilakukan agar klien dapat mempertahankan tingkah laku baru yang telah terbentuk.
2.      Modelling. Dalam teknik ini, klien dapat mengamati seseorang yang dijadikan modelnya untuk berperilaku kemudian diperkuat dengan mencontoh tingkah laku sang model. Dalam hal ini, terapis dapat bertindak sebagai model yang akan ditiru oleh klien .
3.      Token Economy. Teknik ini dapat diberikan apabila persetujuan dan penguatan lainnya tidak memberikan kemajuan pada tingkah laku klien. Metode ini menekankan penguatan yang dapat dilihat dan disentuh oleh klien (misalnya kepingan logam) yang dapat ditukar oleh klien dengan objek atau hak istimewa yang diinginkannya. Token economy dapat dijadikan pemikat oleh klien untuk mencapai sesuatu. Misalnya, pada anak pemalas, bila ia bersedia untuk menyapu rumahnya, ia akan diberi satu logam. Bila berhasil mengumpulkan 10 logam, anak tersebut akan dibelikan sepeda.

Lubis, Lumongga Namora. (2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sabtu, 30 April 2016

jenis-jenis Terapi Psikologi Humanistik

Macam-macam jenis terapi Humanistik,yaitu :
1.    Person-centered Therapy (Carl R. Rogers)
Terapi ini biasa disebut dengan terapi yang berpusat pada pasien atau terapi nondirektif. Tokoh dari terapi ini adalah carl rogers pada tahun 1942. Rogers berpendapat bahwa orang-orang yang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Ia juga menyebutkan bahwa gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju aktualisasi diri.
2.    Gestalt Therapy (Fritz Perls)
Tokoh dari terapi ini adalah Frederick dan Solomon perls . Gagasan dari psikoloogi gestalt yaitu keseluruhan yang lebih dari pada penjumlas atas bagian-bagiannya. Teori gestalt bersifat antireduksionistik. Perls menggunakan kata gestalt untuk menerangkan satu-satunya hukum tentang fungsi manusia secara universal, yakni setiap organisme yang mempunyai kecenderungan mengarah kepada kebulatan. Segala sesuatu yang membahayakan organisme dan menimbulkan situasi yang belum selesai yang tentu saja perlu diselesaikan (sehingga menjadi bulat) . Tugas utama terapis adalah membantu pasien untuk mengalami sepenuhnya keberadaannya disini dan sekarang ("here and now")
3.    Transactional Analysis (Eric Berne)
            Terapi ini dikembangkan oleh Eric Berne. Sebagai dokter jiwa, Berne mendapatkan tugas untuk memeriksa kesehatan mental ratusan prajurit Amerika. Transactional Analysis Therapy atau terapiAnalisis Transaksional (A. T.) Analisis Transaksional merupakan bentuk terapi yang lebih memfokuskan pada kemampuan individu untuk mengambil keputusan baru. Terapi ini menekankan aspek kognitif-rasional-behavioral dalam membuat keputusan baru.
4.    Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis)
            Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan oleh Albert Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis sekaligus seorang Neo Freudian. Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti manusia bebas, berpikir, bernafas, dan berkehendak. Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC [2]

5.    Logotherapy (Viktor Frankl)
Logotherapy dikembangkan oleh ahli saraf dan psikiater Viktor Frankl. Viktor E. Frankl dilahirkan di Wina, Austria pada tanggal 26 Maret 1905. Logoterapi dilandasi keyakinan bahwa itu adalah berjuang untuk menemukan makna dalam kehidupan seseorang yang utama, yang paling kuat memotivasi dan pendorong dalam manusia. 
6.    Existential Analysis (Rolloy May, James F. T. Bugental)
Konsep dasar terapi eksistensial adalah mengubah konsep berpikir, dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri, menemukan jati dirinya, sehingga menemukan kesadaran diri sendiri yang dapat mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being)
    
Dari ke 6 teknik diatas yang paling saya sukai adalah teknik terapi Rational-Emotive Therapy karena manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.
    Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.

 Daftar Pustaka:
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3.Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Gerald C. (2009). Teori dan Praktek Konseling & Terapi, Bandung:Refika Aditama

Kamis, 21 April 2016

Kelebihan dan Kekurangan Terapi Humanistik




Terapi-terapi humanistik-eksistensial memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar. Terapi ini juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami clien pada masa sekarang (disini dan kini) dan bukan pada masa lampau. 

Kelebihan dari terapi ini:

1.  Bersifat untuk membentuk kepribadian, hati nurani, sikap dan analisis terhadap lingkugan sekitar        klien.
2. Membangun kepercayaan diri klien
3. Klienlah yang membuat keputusan apapun dalam terapi ini


Kelemahan dari terapi ini:

1. Teknik yang digunakan kurang tegas
2. Bahasa-bahasa dalam terapi ini terlalu mistikal
3. Waktu yang dibutuhkan lama
4. Menggunakan biaya yang banyak
5. Terlalu percaya dengan keputusan klien

Daftar Pustaka
Semiun,Yustinus.(2006).Kesehatan Mental 3.Yogyakarta:Kanisius

Kamis, 31 Maret 2016

Teknik Psikoanalisis

Teknik-Teknik Psikoanalisis
a.    Asosiasi Bebas
Asosiasi bertujuan untuk meninggalkan cara berpikir yang biasa menyensor pikiran.
b.    Analisis Mimpi
mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan konselor berusaha untuk menganalisisnya.
c.    Analisis Kepribadian (Case Historis)
Diniamika penyembuhan gangguan kepribadian dilakukan dengan melihat dinamika dari dorongan libido terhadap ego dan bagaimana superego menahan dorongan tersebut.
e.    Analisis Resistensi (Analysis of Resistance)
resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi.
f.     Analisis Transferensi (Analysis of Transference)
Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini, klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang oleh klien dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Biasanya klien bisa membenci atau mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif agar bisa terungkap tranferensi tersebut.
g.    Interpretasi (Interpretation)
mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.

Dari pengertian tentang pendekatan-pendekatan diatas, saya menyukai teknik “Analisis Transferensi (Analysis of Transference)”. Karena dari analisis transferensi klien lebih aktif dan disini perasaan klien dan konflik masa lalu dihidupkan kembali terkait dengan hal-hal masa lalu. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketidaksadaran pasien karena alat ini mendorong klien untuk menghidupkan kembali berbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya. Teknik analisis transferensi dilakukan agar klien mampu mengembangkan tranferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa lalunya (masa anak-anak), sehingga terapis punya kesempatan untuk menginterpretasi tranferen. Dan pada teknik ini terapis menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif serta tidak memberikan saran. Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi (pelepasan tegangan emosional) pada pasien. Efek lain yang mungkin, ada dua, yaitu positif dan negatif. Positif: saat pasien secara terbuka mentransferkan perasaan-perasaannya sehingga menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta kepada terapis.

Daftar Pustaka:
Komalasari, Gantina. Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT indeks
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Redaksi Rafika Aditama

Jumat, 25 Maret 2016

Kelebihan dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis

Terapi Psikoanalisis
Konsep utama teori psikoanalitik Freud mencakup perjuangan antara insting hidup dan mati dalam lubuk hati umat manusia; struktur kepribadian tiga serangkai, dengan system id, ego, dan superego; dinamikannya ketidaksadaran dan pengaruhnya pada perilaku; peranan kecemasan; dan perkembangan kepribadian pada berbagai periode kehidupan, termasuk tahap oral, anal, palus, latensi, dan genital.
Teori psikoanalitik sebagian besar terdirri dari penggunaan metode mengeluarkan materi di alam tidak sadar yang bisa ditangani. Fokusnya terutama dietakkan pada pengalaman masa kanak-kanak, yang dibahas, di rekonstruksi, diinterpretasi, dan dianalisis. Asumsinya adalah bahwa penggalian masa lalu ini, yang biasanya didapat dengan menangani hubungan transferensi dengan terapis, merupakan hal yang perlu dilakukan agar bisa terjadi perubahan watak. Teknik yang paling  yang biasa digunakan oleh praktik psikoanalitik adalah tetap dipertahankannya kerangka analitik, asosiasi bebas, interpretasi, analisis mimpi, analisis pada sikap menentang, dan analisis transferensi.

TEKNIK-TEKNIK TERAPI
1.      ASOSIASI BEBAS
Asosiasi bebas memainkan peranan sentral dalam proses terpeliharanya kegiatan itu dalam kerangka analitik. Pada tahap permulaan penganalisis akan menjelaskan aturan dasar dari psikoanalisis, yang menyangkut ucapan kata-kata klien dari apa yang masuk dalam benaknya, betapapun menyakitkan, bodoh, tidak penting, tidak logis, atau tidak relevannya ucapan itu. Asosiaasi bebas semacam itu merupakan teknik sentral dari terapi psikoanalitik. Esensinya adalah bahwa klien melaju bersama pikirannya ataupun pendapatnya dengan jalan serta merta melaporkannya tanpa ada sensor. Pada saat kerja analiitik itu berjalan, sebagia besar dari klien kadang-kadang akan pergi meninggalkan aturan dasar ini dan penentangan ini akan ditafsirkan oleh si penganalisis pada waktu yang dianggap tepat nanti. Dalam psikoanalisi klasik biasanya klien berbaring di depan sementara penganalisis duduk dibelakangnya agar tidaak mengganggunya dalam kegiatan meluncurkan asosiasi bebas; dalam terapi psikoanaliitk di depan tempat berbaring tidak lagi sering dijadikan bagian dari prosedur yang biasa.
Asosiasi bebas merupakan salah satu dari peralatan dasar sebagai pembuka pintu ke keinginan, khayalan, konflik, serta motivasi yang tidak disadari. Teknik ini sering menjurus ke suatu kenangan pada pengalaman masa lampau dan kadang-kadang menjurus ke pelepasan perasaan intens yang selama ini terkakang. Selama proses asosiasi bebas ini tugas terapi ke pemahaman hubungan antar peristiwa yang dibuat oleh klien. Blockade taupun pemutusan asosiasi bertindak sebagai petunjuk adanya materi pembangkit keresahan. Terapis  menginterpretasikan materi itu kepada klien, dan membimbingnya ke arah wawasan yang bertambah baik terhadap dinamika yang ada, yang sementara ini tidak disadari.
Pada saat terapis mendengarkan asosiasi bebas si klien dia tidak hanya melihat apa yang terucap tetapi juga makna yang tersembunyi dibalik ucapan-ucapan itu. Kesadaran akan bahasa dari yang tak sadar itu diistilahkan sebagai “mendengarkan dengan telinga ketiga” (Reik, 1948). Tidak satu patahpun kata yang diucapkan oleh klien ditafsirkan maknanya hanya seperti yang terucap. Misalnya salah ucap bisa mengisyaratkan adanya perasaan atau pernyataan yang diungkapkan disertai oleh perasaan ataupun pernyataan yang berlawanan.

2.      INTERPPRETASI
Interpretasi terdiri dari apa yang oleh penganalisis dinyatakan, diterangkan ,dan bahkan  diajarkan kepada klien arti dari perilaku yang di manifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, penentangan, dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi dari interpretasi adalah memberi peluang kepada ego untuk mengasimilasikan materi baru untuk mempercepat psoses menguak materi di luar kesadaran selanjutnya.
Dalam pemberian interpretasi terapis harus dibimbing oleh rasa kesediaan klien untuk mau mempertimbangkannya (Saretsky, 1978). Terapis menggunakan reaksi klien sebagai tolak ukur. Hal yang penting adalah bahwa interpretasi harus dilakukan pada saat yang dikira tepat, oleh karena klien akan menolak interpretasi yang diberikan pada waktu yang tidak tepat. Aturan yang umum  adalah bahwa interpretasi seharusnya dikemukakan manakala fenomena yang akan diinterpretasikan sudah hampur diketahui oleh klien bahwa ia ada dalam alam bawah sadar. Aturan yang umum lain adalah bahwa interpretasi harus selalu dimulai dari permukaan dan masuk ke dalam sebatas yang mampu dilihat oleh klien. Aturan umum yang ketiga adalah bahw sebaiknya menyebutkan penolakan ataupun pertahanan yang dikemukakan oleh klien sebelum menginterpretasi emosi atau pun konflik yang ada dibelakangnya.

3.      ANALISIS MIMPI
Analisis mimpi merupaka prosedur yang penting untuk bisa mengungkapkan materi yang tidak disadari dan untuk bisa member klien suatu wawasan ke dalam wawasan problema yang tak terselesaikan. Pada saat orang tidur, mekanisme pertahanan pun akan dikendorkan, dan perasaan yang terkekang naik ke permukaan.
Mimpi mengandung isi dua tingkat: isi laten dan isi manifest. Isi laten terdiri dari motif yang tersembunyi, simbolis dan motif, keinginan dan rasa takut yang tak tersadari. Oleh karena kesemuanya demikian menyakitkan dan mengancam maka impuls seksual dna agresif yang tak terdasari yang menciptakan isi laten menjadi isi manifest yang lebih bisa diterima, yaitu berwujud mimpi seperti yang dialami orang. Proses di transfomasikannya isi laten ke isi manifest yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas terapis adalah menguak makna terselubung itu dengan jalan mempelajari lambang-lambang yang terdapat dalam isi manifest dari mimpi itu. Selama sesi terlais mungkin meminta klien berasosiasi bebas terhadap beberapa aspek dari isi manifest dari mimpi itu dengan maksud bisa menguak makna latennya.
Dalam kegiatan terapi klien melaporkan mimpi mereka dan didorong untuk berasosiasi bebas pada unsure dalam mimpinya, mengingat kembali perasaan yang telah dihadirkan. Lambat laun, mereka bisa menguak mimpi mereka. Terapis berperan serta dalam prose situ dengan jalan menggali asosiasi si klien dengan semuanya itu. Dengan jalan menginterpretasi makna unsure-unsur mimpi klien dapat ditolong untuk bisa membebaskan pengekangan yang telah menyebabkan materi tidak  masuk dalam alam kesadaran serta bisa menghubungkan wawasan baru itu dnegan perjuangannya di masa kini.



4.      ANALISIS DAN INTERPRETASI PADA SIFAT MENENTANG
Sifat Menentang, suatu konsep yang fundamental pada praktek psikoanalisis, adalah segala sesuatu yang kerjanya menentang kemajuan terapi dan membuat klien tidak bisa mengeluarkan materi yang sebelumnya tidak ada dalam alam kesadaran. Khusunya, dalam terapi analitik sifat menentang, adalah keengganan klien untuk membawa kepermukaan alam kesadran materi di alam tidak sadar yang selama ini dikekang. Sifat menentang berarti suatu ide, sikap, perasaan atau perbuatan (disadari atau tidak disadari) yang menciptakan status quo menjadi penghalang terjadinya perubahan. Selama terjadinya asosiasi bebas atau asosiasi mimpi, klien menunjukkan bukti bahwa ia tidak ada kemajuan untuk mengemukakan buah pikiran, perasaan serta pengalam tertentu. Freud memandang Sifat Menentang sebagai dinamika ketidaksadaran yang digunakan orang untuk menghalangi kecemasan yang tidak tertahankan, yang kemungkinan akan datang kalau ia menjadi sadar akan impuls dan perasaan mereka yang selama ini telah dikekang.
Sebagai pertahanan melawan kecemasan, Sifat Menentang beroperasi secara spesifik dalam terapi psikoanalitik dengan jalan mencegah klien dan terapis agar tidak berhasil dalam usaha patungan untuk mendapatkan wawasan ke dalam dinamika ketidaksadaran. Oleh karena Sifat Menentang itu mencegah masuknya materi yang mengancam ke kawasan alam sadar, si terapis analitik menunjukannya, dank lien harus berkonfrontasi dengannya, itu pun kalau ia berharap bisa menangani konflik secara realistis. Interpretasi terapis terhadap Sikap Menentang itu ditijukan ke arah pemberian pertolongan kepada klien agar bisa menyadari alasan-alasan mengapa sampai ada Sifat Menentang itu sehingga ia bisa menanganinya. Sebagai aturan umum, terapis menunjukkan dan menginterpretasi Sifat Menentang yang paling menionjol agar bisa berkurang kemungkinan klien menolak interpretasi dan peluang klien untuk mulai melihat perilakunya yang bersifat menentang itu semakin besar.
Sifat menentang itu tidak hanya sekedar untuk bisa diatasi. Oleh karena sifat itu merupakan wakil dari pendekatan pertahanan dalam kehidupan sehari-hari, sifat itu perlu diakui sebagai alat untuk mempertahankan diri dari kecemasan, namun perlu diakui pula bahwa sifat itu menggangu kemampuan untuk menerima perubahan yang bisa membawa orang ke kehidupan yang lebih bisa disyukuri.

5.      ANALISIS DAN INTERPRETASI PADA TRANSFERENSI
Transferensi memanifestasikan diri di proses terapeutik pada tempat dimana hubungan klien sebelumnya memberikan andilnya pada perbuatan yang mengacau terhadap keadaannya di masa kini. Klien memberikan reaksi terhadap terapisnya seperti yang mereka lakukan terhadap orang signifikan tertentu. Situasi trasnferensi dianggap berharga dalam terapi oleh karena manifestassinya member klien kesempatan untuk mengalami kembali berbagai perasaan yang, kalau tidak ada transferensi itu, tidak akan bsia diraih. Lewat hubungan dengan terapis, klien mengungkapkan perasaan, keyakinan dan keinginan yang selama ini terkubur di alam tidak sadar mereka.  Tanpa disadari, mereka diulng aspek-aspek pengalaman mereka di masa lalu dalam kegiatan hubungan terapeutik. Melalui interpretasi yang benar dan tepat dan menangani versi baru perasaan terdahulu ini maka klien mampu mengubah beberapa dari pola perilaku yang sudah bertahan sekian lama.
Analisis transferensi merupakan teknik sentral dalam psikoanalisis dan terapi yang berorientasi pada psikoanalitik, oleh karena analisis ini, sekarang dan ditempat ini, member peluang kepada klien untuk mendapatkan wawasan tentang pengaruh masa lampau pada fungsi perilaku mereka sekarang. Interpretasi hubungan transferensi memungkinkan klien untuk bisa menangani konflik lama yang menyebabkan merela terfiksasi dan oleh karena menghambat perkembangan emosional mereka. Inti patinya adalah bahwa hubungan terdahulu dikurangi akibatnya dengan aksi-aksi penanganan konflik emosi yang sejenis dalam kegiatan hubungan terapeutik  dengan terapis analitik.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Dari teknik diatas saya membuat kesimpulan kelebihan dan kekurangan tentang terapi psikoanalisis. Kelebihan terapi yaitu membantu klien memperoleh kesadaran diri, kejujuran dan hubungan  personal yang efektif dengan cara menganalisis mimpi dan menceritakan kembali pengalaman masa lalu yang menurut klien tidak penting tapi mungkin itu adalah akar dari masalah yang terlewatkan. Kekurangan terapi psikoanalisis ini adalah waktu yang digunakan untuk terapi ini memakan waktu yang anyak dan uang yang tidak sedikit, ini membuat klien menjadi merasa bosan terhadap terapi ni.  

DAFTAR PUSTAKA:

Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press